Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
DaerahKabupaten Kampar

Aktivis 98 Riau, Ingatkan Pentingnya Menjaga Persatuan

28
×

Aktivis 98 Riau, Ingatkan Pentingnya Menjaga Persatuan

Sebarkan artikel ini
Firman Wahyudi Ketua Pengurus Daerah Rembuk Nasional Aktivis 98 Riau Ingatkan Pentingnya Menjaga Persatuan

BANGKINANG, RIAU.RELASIPUBLIK – Indonesia adalah negara kesatuan. Negara persatuan. Dimana disebut Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Para pendiri bangsa ketika memulai menjajaki langkah awal kemerdekaan tidak langsung memikirkan prosesi pemerdekaan bangsa dari penjajah yang datang silih berganti ke bumi pertiwi.

Example 300x600

Para leluhur kita, justru terlebih dahulu merintis kemerdekaan lama sekali, tujuannya mempersiapkan bagaimana kita benar-benar mampu bersatu sebagai modal besar untuk menyongsong era kemerdekaan sebagai modal untuk mengisi kemerdekaan.

Demikian isi pesan tertulis Firman Wahyudi, Ketua Pengurus Daerah Rembuk Nasional Aktivis 98 Provinsi Riau, yang dikirim kepada wartawan, Rabu (25/11/2020) malam.

Kata Firman, wujud dari keinginan akan adanya persatuan yang kuat menuju merdeka bisa dilihat dari berdirinya organisasi Budi Utomo, peristiwa sumpah pemudah atau dari lahirnya organisasi Muhammadiyah hingga NU yang out put-nya adalah untuk mencerdaskan warga bangsa demi menggagas persatuan dan kesatuan yang dimulai dari dalam organisasi-organisasi dan kelompok pemuda yang kemudian melahirkan gerakan persatuan yang masif keluar.

Hal itu kemudian ditandai dengan peristiwa besar dan bersejarah, yaitu Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Tahun 1945. karena sejatinya, persatuan hanya bisa dirajut oleh orang-orang cerdas, mau mengesampingkan ego.

Maka dari itu, pasca-merdeka, kata Firman, tantangan kebangsaan kita justru semakin berat. Bila dikaitkan dengan semangat menjaga persatuan kita sesama anak bangsa, penghuni bumi pertiwi.

Dimana kita terlahir sebagai suatu negara kesatuan dari berbagai etnis, suku, agama dan adad istiadat yang sangat majemuk.

Bisa dikatakan, lanjut dia, tidak ada kesamaan diantara kita yang begitu kuat menyatukan selain dari besarnya rasa dan keinginan kita untuk terus bersatu menjaga bumi pertiwi yang kita sebut Indonesia ini.

“Kita satu sama lain berbeda. Banyak sekali perbedaan kita, bahkan dari satu kecamatan saja kita mempunyai perbedaan logat dan kebiasaan komunal. Apalagi bila dilihat dari berbilang pulau dan kaum yang kita berasal dari sana.

Berbeda. Maka, semangat persatuan di antara kitalah yang kemudian membuat kita bisa saling berbagi tawa canda, suka duka dan senyuman sebagai sesama anak bangsa,” tegas mantan anggota DPRD Kabupaten Kampar itu.

Lalu, tutur Firman, perlu diingat, ketertinggalan kita dari bangsa barat dalam hal ilmu pengetahuan dan kemajuan tekhnologi adalah hal kecil yang suatu saat bisa kita kejar.

Tapi bila kita bisa mengejar kemajuan bangsa barat, akan tidak ada artinya bila kita justru berpecah, bercerai saling hujat-menghujat satu sama lain.

“Apa guna kemajuan tanpa persatuan diantara kita? Bangsa lain sangat iri kepada bangsa kita, berlatar belakang anak bangsa dari ribuan suku, perbedaan bahasa dari ribuan pulau, tetapi kita justru bersatu.

Perbedaan-perbedaan yang kita miliki tak bisa memecahbelah kita selama ini. Tapi, kini atas dorongan apa kita berpecah-belah?.

Jawabnya tidak ada. Semua kita pasti lebih cenderung ingin bersatu. Bersatu atas nama bangsa Indonesia. Oleh karenanya, jangan sampai terprovokasi oleh situasi apapun. Kita diberkahi berkat dari persatuan yang kita rajut dengan susah payah.

Lihat lah pada bumi Indonesia, setiap bagiannya mengabadikan anugerah yang tak terhingga. Hasil bumi, kesuburan tanah, hujan yang senantiasa membasahi, keanekaragaman flora dan fauna, keindahan alam, pantai, gunung, lembah yang indah, adalah sebagian kecil dari berjuta anugerah dari Tuhan laksana hadiah dari pilihan kita untuk selalu rukun satu sama lain,” terangnya.

Akhir-akhir ini, kata dia, perseteruan terkesan dipantik oknum-oknum tertentu di pusat sampai ke daerah mulai membuat kita khawatir. Perbedaan pandangan dan kecenderungan afiliasi politik semakin mempertajam sentimen sesama kita.

Semakin ke sini, berbagai kelompok justru semakin berhasrat ingin mempertajam gab dan semakin mencari perbedaan yang menjadi alasan untuk bertikai sesama kita. Ini harus kita sadari. Lalu kita jauhi.

“Situasi ini harus kita akhiri segera. Karena demi Allah, ini tidak akan membuat kita semakin kokoh sebagai suatu bangsa, bila syahwat perseteruan sesama kita terus kita perturutkan.

Maka, Tuhan pasti akan mengazab kita dan azab dari perpecahan itu sangatlah menyakitkan,” ujar Firman Wahyudi mengingatkan.

Disebutkannya, persatuan adalah nikmat Tuhan paling mahal, dan Tuhan memerintahkan kita untuk mensyukuri nikmat persatuan itu agar nikmat itu ditambah Allah bagi kita.

Persatuan kita makin kokoh. Bila dilihat dari sisi ini, maka persatuan adalah keharusan, sebab dia adalah nikmat Tuhan, dan Tuhan memerintahkan kita untuk menjaga nikmat-nikmat-Nya.

Firman menyebut, Kita boleh memiliki sikap politik berbeda, bahkan berafiliasi dengan partai politik tertentu pun boleh, tapi yang tidak boleh adalah afiliasi politik yang kita pilih membuat kita membenci pilihan afiliasi politik saudara kita.

Tensi Politik di pusat mulai khawatirkan. Bahkan kita semakin khawatir, bila eskalasi negatif itu justru dibawa dan dijalarkan ke daerah.

“Tensi politik di pusat mulai mengkhawatirkan dampak negatifnya apalagi ada pihak yang berupaya menyulut bara permusuhan berlatar belakang perbedaan pilihan politik yang kita ambil.

Tidakkah porak-porandanya beberapa negara diantaranya di Timur Tengah dan di Afrika membuat kita semakin menyadari, betapa memaksakan ego dan kehendak dan menganggap kelompok kita lebih baik, lebih berhak, paling benar serta lebih pantas adalah akar dari pohon besar permusuhan dan bara api yang telah menyulut perang saudara yang tidak ada ujungnya,” tutur Firman lagi.

Firman mengajak kita berpikir, tidakkah kita menyadari dan mawas diri sehingga tindakan menyulut api permusuhan bisa kita redam. Janganlah kita membuat bangsa kita remuk redam akibat ujaran kebencian, provokasi sara dan memanas-manasi perbedaan agama membuat kita saling membenci.

Apa guna saling membenci hanya karena perbedaan. Sebab, perbedaan itu adalah kodrat dari Tuhan agar kita semakin saling kenal-mengenal dan memahami satu sama lain. Maka bersatulah. Rawatlah persatuan. Sebab, bila kita ingin kesatuan, maka rawatlah persatuan di tengah kita.

“Hidup dalam damai itu sangat indah. Atau apakah ada di antara kita yang ingin hidup dalam pertikaian atau perang saudara akan terjadi tanpa ada ujung? Kesatuan ini pilihan kita.

Mari berdamailah kita pada setiap perbedaan yang terjadi di antara kita. Perbedaan-perbedaan ini adalah keniscayaan, seperti keniscayaan kita harus bersatu,” ucapnya.

Kemudian, ungkap dia, demi menjaga persatuan dan kesatuan sesama anak bangsa, kita harus bertenggang rasa menjaga perasaan pihak lain. Hal itu bisa kita mulai dengan bijak dalam menggunakan media sosial.

Jauhi sikap saling menghujat. Kita mesti meninggalkan perkataan yang bisa memprovokasi pihak lain. Ingat, media sosial memiliki jangkaun dengan spektrum yang sangat luas.

Bila media sosial ini kita jadikan media saling hujat, saling mendiskreditkan satu sama lain. Maka, kita akan semakin dekat pada kehancuran.

“Jauhi sikap menyinggung hal-hal sensitif apalagi sampai menyinggung dan menghina soal agama, suku, etnis dan merendahkan identitas kedaerahan seseorang atau kelompok.

Kita juga mesti menjauhi pembelahan sosial apalagi bila menyangkut irisan avialiasi politik dengan cara menonjolkan politik indentitas. Mungkin, kita boleh suka atau tidak suka pada figur tertentu, akan tetapi, jangan sampai kita ketidaksukaan itu jadi penyebab kita seolah kita tidak lagi bisa berdampingan. Bukankah negara demokrasi adalah pilihan yang sama-sama kita pilih?

“Jika demokrasi ini pilihan kita bersama, maka demokrasi melahirkan konsekuensi perpedaan pendapat, pandangan politik, perbedaan pada pilihan politik masing-masing kita. Hormatilah. Tapi jangan kemudian, pilihan demokrasi ini justru membuat kita berpecahbelah. Jangan sampai,” pesan dia.

Sebagai bagian tak terpisahkan dari NKRI, Provinsi Riau, sebut Firman, salah satu wilayah dengan tingkat kerawanan konflik sosial yang sangat rendah sekali, walaupun daerah ini dihuni oleh berbagai macam suku dan etnis bangsa.

Dalam event pilkada misalnya, kita selalu bisa menjaga kondusifitas di tengah dinamika politik daerah yang terjadi. Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan pun, kita orang Riau selama ini tetap mengedepankan persatuan.

Persatuan kita di daerah sangat kokoh.Hal ini tentu tidak terlepas dari kuatnya adat istiadat kita sebagai negeri Melayu yang sangat mengutamakan persatuan.

Apalagi, Firman mengingatkan, saat ini bangsa Indonesia tak terkecuali Riau tengah menghadapi ujian yang sangat berat berupa pandemi global virus corona. Menghadapi musibah besar ini kita sangat dituntut untuk memperkuat persatuan agar pandemi ini bisa kita lewati dengan baik.

“Riau kita adalah negeri berjuluk bumi Lancang Kuning. Lancang ini disebut sebagai simbol persatuan kita. Lancang adalah pemersatu kita antar pulau-pulau, antar wilayah-wilayah, antar suku bangsa dan agama dalam bentangan rumpun Melayu Riau,” tutup Firman. (Mrn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *